Profil

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. Umum.

 

Dinamika Sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang ketiga dimensi waktu sekaligus, masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan utuh. Penulisan peristiwa bersejarah dimasa lampau diharapkan membuat kita lebih bijaksana dalam menghadapi dan melaksanakan berbagai penugasan. Nilai-nilai historis yang merupakan salah satu nilai sejarah sangat bermanfaat untuk menghidupkan sejarah agar tidak sekedar menjadi deretan kronologi waktu yang mati dan tiada arti.

 

Di tanah Jawa dikenal adanya para wali yang menyebarkan ajaran agama Islam dengan penuh kedamaian. Dengan berbagai macam pendekatan terhadap masyarakat Jawa yang pada waktu itu masih kental dengan budaya dan agama Hindu sangat berpengaruh terhadap Kultur serta kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

 

Perkembangan zaman yang sangat pesat dan teknologi yang semakin canggih Kultur serat budaya yang lalu dapat dihimpun dan dijadikan sebagai pedoman serta pembelajaran bagi masyarakat di era sekarang.

 

2. Mengenal sekilas Sunan Gunung Jati.

 

    a. Jejak Wali Songo di tanah Jawa.

 

Syiar agama Islam di tanah Jawa tidak bisa lepas dari peran para Wali Allah yang menyebarkan agama Islam dengan cinta damai melalui pendekatan budaya dan Kultur masyarakat yang      rukun. Kita mengenal wali di tanah Jawa lebih dari satu sehingga terkenal dengan sebutan “Wali Songo” yang setiap wali menyebarkan dimasing-masing wilayah. Kesembilan para Wali tersebut saling bahu membahu untuk mengangkat derajat masyarakat Jawa yang kala itu masih adanya penindasaan dan ketidaksetaraan antara masyarakat biasa ataupun pribumi dengan para pendatang khususnya para Penjajah yang sudah hidup berdampingan dengan masyarakat Jawa.

 

Kesembilan Wali tersebut mempunyai gelar dan nama asli masing-masing, diantaranya :

  • Sunan Gresik dengan nama asli Maulana Malik Ibrahim.
  • Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmatullah.
  • Sunan Giri dengan nama asli Muhammad Ainul Yaqin.
  • Sunan Bonang dengan nama asli Maulana Makdum Ibrahim.
  • Sunan Drajat dengan nama asli Raden Qasim.
  • Sunan Kalijaga dengan nama asli Raden Mas Syahid.
  • Sunan Muria dengan nama asli Raden Said.
  • Sunan Kudus dengan nama asli Jaffar Shadiq.
  • Sunan Gunung Jati dengan nama asli Syarif Hidayatullah.

 

Dalam perkembangannya, Sunan Gunung Jati menyebarkan ajaran agama Islam di bagian pantai utara sampai dengan Banten dijadikan sebagai nama Satuan Korem 063/SGJ hingga saat ini.

 

      b.  Sejarah Sunan Gunung Jati.

 

Mengenal lebih jauh, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah (Arabic: شريف هداية الله‎‎ Sharīf Hidāyah Allāh) atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo, ia dilahirkan Tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim (seorang penguasa mesir) dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Mudaim).

 

Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi, yang kemudian dengan dukungan Kesultanan Demak dan Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana (Raja Cirebon pertama sekaligus uwak Syarif Hidayatullah dari pihak ibu), ia dinobatkan menjadi Raja Cirebon ke-2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati.

 

Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan nama Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

 

     c.  Silsilah.

 

Syarif Hidayatullah adalah putera dari Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim yang bergelar Sultan Mahmud (Sultan Hud) dan merupakan penguasa Mesir yang menikah dengan Nyi Mas Rara Santang puteri dari Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja yang setelah menikah dengan Syarif Abdullah bergelar Syarifah Mudaim. Ayah Syarif Hidayatullah adalah seorang penguasa Mesir, putera dari Ali Nurul Alim bin Jamaluddin Akbar al-Husaini, seorang keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan dan Alwi Amir Fakih Mesir.

 

Pada masa lalu terdapat puluhan naskah yang menjelaskan tentang silsilah Syarif Hidayatullah yang diklaim oleh beberapa pihak dan menimbulkan kesimpangsiuran sehingga pada masa pertemuan agung para cendekiawan, sejarahwan, bangsawan dan alim ulama senusantara dan mancanegara (bahasa Cirebon : Gotra sawala) pertama yang dimulai pada tahun 1677 di Cirebon maka Pangeran Raja (PR) Nasiruddin (bergelar Wangsakerta) mengadakan penelitian dan penelusuran serta pengkajian naskah-naskah tersebut bersama para ahli-ahli dibidangnya. Hasilnya pada tahun 1680 disusunlah kitab Negara Kertabumi yang didalamnya memuat bab tentang silsilah Syarif Hidayatullah (Tritiya Sarga) yang sudah diluruskan dari kesimpangsiuran klaim oleh banyak pihak.

 

Pelusuran sejarah tentang asal-usul Syarief Hidayatullah telah dilakukan oleh Pangeran Raja (PR) Nasiruddin dengan melakukan penelitian terhadap naskah naskah yang ada dengan dibantu oleh para ahli di bidangngnya dalam pertemuan agung Gotra Sawala pertama di Cirebon, penelusuran tersebut menghasilkan sebuah kitab yang diberi nama Negara Kertabhumi yang memuat bab tentang silsilah Syarief Hidayatullah dalam Tritiya Sarga, isinya sebagai berikut :

 

1)         Versi Kitab Negara Kertabhumi.

  1. Syarif Hidayatullah/Sayyid Al-Kamil/Susuhunan Jati/Susuhunan Cirebon.
  2. Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Raja Pajajaran Sunda (Nyi Mas Rara Santang).
  3. Ali Nurrul Alim + Puteri Mesir.
  4. Jamaluddin Al-Husein.
  5. Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin.
  6. Amir Abdullah Khanuddin.
  7. Abdul Malik (India).
  8. Alwi Amir Fakih Mesir.
  9. Muhammad.
  10. Alwi.
  11. Muhammad.
  12. Ali Al-Gazam.
  13. Ubaidillah.
  14. Akhmad Al-Muhajir.
  15. Isa Al-Bakir.
  16. Idris Al-Muhammad An-Nakib.
  17. Jaffarus Sadik dari Persia.
  18. Muhammad Al-Bakir.
  19. Zainal Abidin.
  20. Husein As-Sabti.
  21. Sayyidah Fatimah Al-Zahra RA.
  22. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

 

2)         Versi Naskah Kaprabonan.

  1. Kanjeng Nabi Muhamad SAW.
  2. Sarifah Siti Fatimah.
  3. Husen
  4. Jaenal Abidin.
  5. Muhammad Mubarakin.
  6. Imam Ja’far Sidiq.
  7. Musa
  8. Kalijam
  9. Habi Jamali.
  10. Amad Nakiddi.
  11. Ali Nakiddi.
  12. Hasan Sukri.
  13. Muhammad Dadi.
  14. Raja Banissrail.
  15. Ratu Mesir.
  16. Raja Duta.
  17. Kanjeng Sinuhun Carbon/Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati.

 

3)         Versi Kitab Purwaka Caruban Nagari.

  1. Nabi Muahammad SAW.
  2. Siti Fatimah.
  3. Sayid Husen.
  4. Sayid Abidin.
  5. Muhammad Baqir.
  6. Ja’far Sidik.
  7. Kasim al-Malik.
  8. Idris.
  9. Al-Baqir.
  10. Ahmad.
  11. Baidillah.
  12. Muhammad.
  13. Alwi al-Mishri.
  14. Abdul Malik.
  15. Amir.
  16. Ali Nurul Alim.
  17. Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud).
  18. Sunan Gunung Jati.

 

4)         Versi Kitab Syamsu Azh Zhahirah Fi Nasabi Ahli Al-Bait.

Sebagaimana yang tercatat dalam silsilah Syarif Hidayatullah di sebuah organisasi peneliti nasab Naqobatul Asyrof al-Kubro dan Rabithah Alawiyah, yang juga tercantum dalam kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait karya ulama Yaman, Sayyid Abdurrohman bin Muhammad al-Masyhur, silsilah lengkap Syarif Hidayatullah adalah sebagai berikut :

  1. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati putera dari.
  2. Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan bin.
  3. Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan bin.
  4. Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro).
  5. Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin.
  6. Sayyid Abdullah Azmatkhan bin.
  7. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin.
  8. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut) bin.
  9. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath (Hadramaut) bin.
  10. Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin.
  11. Sayyid Alawi ats-Tsani bin.
  12. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin.
  13. Sayyid Alawi Awwal bin.
  14. Sayyid al-Imam ‘Ubaidillah bin.
  15. Sayyid Ahmad al-Muhajir bin.
  16. Sayyid ‘Isa Naqib ar-Rumi bin.
  17. Sayyid Muhammad an-Naqib bin.
  18. Sayyid al-Imam Ali Uradhi bin.
  19. Sayyidina Ja’far ash-Shadiq bin.
  20. Sayyidina Muhammad al-Baqir bin.
  21. Sayyidina Ali Zainal Abidin bin.
  22. Sayyidina Husain bin.
  23. Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti.
  24. Sayyidina Muhammad S.A.W.

 

       d.  Riwayat Hidup Sunan Gunung Jati.

Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya, Jamaluddin Akbar al-Husaini, sehingga ketika telah selesai menimba ilmu di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan pembelajaran agamanya ke Timur Tengah. Babad Cirebon menyebutkan, ketika Pangeran Cakrabuwana membangun Kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Syarif Hidayatullah mengambil peranan mambangun kota dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.

Memasuki usia dewasa (sekitar tahun 1470 – 1480) ia menikahi adik dari Bupati Banten saat itu, Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini lahirlah Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin. Maulana Hasanuddin inilah yang kelak menjadi Raja Banten pertama.

Masa ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan Demak tahun 1487, yang mana Walisongo memberikan peranan penting dalam sejarah pendiriannya. Pada masa ini, Syarif Hidayatullah berusia sekitar 37 tahun (kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang baru diangkat menjadi Sultan Demak pertama).Dengan diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa (bukan hanya di Demak), maka Cirebon menjadi semacam Negara Bagian atau Vasal dari Kesultanan Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang pelantikan Syarif Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.

Hal ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling dituakan di Dewan Muballigh (Walisongo), bahwa agama Islam akan disebarkan di Pulau Jawa dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.

     e. Pendirian Kesultanan Banten dan Jatuhnya Sunda Kelapa.

Setelah pendirian Kesultanan Demak, antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa paling sulit baik bagi Syarif Hidayatullah maupun Raden Patah, karena proses Islamisasi secara damai mengalami gangguan internal dari Kerajaan Sunda, Galuh (sekarang bagian dari Jawa Barat) dan Majapahit (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) serta gangguan eksternal dari Portugis yang telah mulai melakukan ekspansi di wilayah Asia Tenggara.

Raja Pakuan di awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa mendapat sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif Hidayatullah yang telah berkembang di Cirebon dan Banten. Di saat yang genting inilah Syarif Hidayatullah berperan dalam membimbing Pati Unus dalam pembentukan armada gabungan Kesultanan BantenDemakCirebon di Pulau Jawa dengan misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara.

Kegagalan Ekspedisi Jihad II Pati Unus yang sangat fatal pada tahun 1521 kemudian memaksa Syarif Hidayatullah merombak pimpinan armada gabungan yang masih tersisa dan mengangkat Tubagus Pasai sebagai Panglima berikutnya yang menyusun strategi baru untuk memancing Portugis bertempur di Pulau Jawa, menggantikan Pati Unus yang syahid di Malaka.

 

     f.  Syiar Islam Ke Banten dan Pendirian Kesultanan Banten.

 

Pada masa awal kedatangannya ke Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) bersama dengan Pangeran Walangsungsang sempat melakukan syiar Islam di wilayah Banten yang pada masa itu disebut sebagai Wahanten, Syarif Hidayatullah dalam syiarnya menjelaskan bahwa arti jihad (perang) tidak hanya dimaksudkan perang melawan musuh-musuh saja namun juga perang melawan hawa nafsu, penjelasan inilah yang kemudian menarik hati masyarakat Wahanten dan pucuk umum (penguasa) Wahanten Pasisir. Pada masa itu di wilayah Wahanten terdapat dua penguasa yaitu Sang Surosowan (anak dari prabu Jaya Dewata atau Silih Wangi) yang menjadi pucuk umum (penguasa) untuk wilayah Wahanten Pasisir dan Arya Suranggana yang menjadi pucuk umum untuk wilayah Wahanten Girang.

 

Di wilayah Wahanten Pasisir Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nyai Kawung anten (putri dari Sang Surosowan), keduanya kemudian menikah dan dikaruniai dua orang anak yaitu Ratu Winaon (lahir pada 1477 m) dan Pangeran Maulana Hasanuddin (Pangeran Sabakingkin : nama pemberian dari kakeknya Sang Surosowan) yang lahir pada 1478 m.  Sang Surosowan walaupun tidak memeluk agama Islam namun sangat toleran kepada para pemeluk Islam yang datang ke wilayahnya.

 

Syarif Hidayatullah kemudian kembali ke kesultanan Cirebon untuk menerima tanggung Jawab sebagai penguasa kesultanan Cirebon pada 1479 setelah sebelumnya menghadiri rapat para wali di Tuban yang menghasilkan keputusan menjadikan Sunan Gunung Jati sebagai pemimpin dari para wali.

 

     g. LATAR BELAKANG PENGUASAAN BANTEN

 

Perkawinan Pangeran Sabrang Lor (Yunus Abdul Kadir)dengan Ratu Ayu (putri Sunan Gunung Jati) terjadi 1511. Sebagai Senapati SarJawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon, kelak Yunus Abdul Kadir akan menjadi Sultan Demak pada 1518 M.

 

Persekutuan kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak ini sangat mencemaskan Jaya dewata (Siliwangi) di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai.

 

Pada tahun 1513 M, Tome Pires pelaut Portugis menyatakan dalam catatannya bahwa sudah banyak dijumpai orang Islam di pelabuhan Banten  Syarif Hidayatullah mengajak putranya Maulana Hasanuddin untuk berangkat ke Mekah,  sekembalinya dari Mekah Syarif Hidayatullah dan puteranya yaitu Maulana Hasanuddin kemudian melakukan dakwah Islam dengan sopan, ramah serta suka membantu masyarakat sehingga secara sukarela sebagian dari mereka memeluk dan taat menjalankan agama Islam, dari aktifitas dakwah ini di wilayah Banten, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama Syekh Nurullah (Syekh yang membawa cahaya Allah swt),  aktifitas dakwah kemudian dilanjutkan oleh Maulana Hasanuddin hingga ke pedalaman Wahanten seperti gunung Pulosari di kabupaten Pandeglang dimana ia pernah tinggal selama sekitar 10 tahun untuk berdakwah kepada para ajar (pendeta), gunung Karang, gunung Lor, hingga ke Ujung Kulon dan pulau Panaitan dengan pola syiar yang kurang lebih sama seperti yang dilakukan ayahnya.

 

Pada tahun 1521, Jaya dewata (prabu Siliwangi) mulai membatasi pedagang muslim yang akan singah di pelabuhan-pelabuhan kerajaan Sunda hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh Islam yang akan diterima oleh para pedagang pribumi ketika melakukan kontak perdagangan dengan para pedagang muslim, namun upaya tersebut kurang mendatangkan hasil yang memuaskan karena pada kenyataannya pengaruh Islam jauh lebih kuat dibandingkan upaya pembatasan yang dilakukan tersebut, bahkan pengaruh Islam mulai memasuki daerah pedalaman kerajaan Sunda. Pada tahun itu juga kerajaan Sunda berusaha mencari mitra koalisi dengan negara yang dipandang memiliki kepentingan yang sama dengan kerajaan Sunda, Jaya dewata (Siliwangi) memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan Portugis dengan tujuan dapat mengimbangi kekuatan pasukan kesultanan Demak dan kesultanan Cirebon.

 

Pada tahun 1521 untuk merealisasikan persahabatan tersebut Jaya dewata (Siliwangi) mengirim beberapa utusan ke Malaka di bawah pimpinan Ratu Samiam (Surawisesa), mereka berusaha meyakinkan bangsa Portugis bagi suatu persahabatan yang saling menguntungkan antara kerajaan Sunda dan Portugis. Surawisesa memberikan penawaran kepada Portugis untuk melakukan perdagangan secara bebas terutama lada di pelabuhan-pelabuhan milik kerajaan Sunda sebagai imbalannya, Surawisesa mengharapkan bantuan militer dari Portugis apabila kerajaan Sunda diserang oleh kesultanan Demak dan kesultanan Cirebon dengan memberi hak kepada Portugis untuk membangun benteng.

 

Pada tahun 1522 Gubernur Alfonso d’Albuquerque yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda Surawisesa (dalam naskah Portugis disebut sebagai Raja Samiam)  untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa guna melawan orang-orang Cirebon yang menurutnya bersifat ekspansif.

 

Pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa  dan Banten, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda Surawisesa akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan, sebuah batu peringatan atau padraõ (dibaca : Padraun) dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrão dimaksud disebut dalam cerita masyarakat Sunda sebagai Layang Salaka Domas dalam cerita rakyat Mundinglaya Dikusumah, dari pihak kerajaan Sunda perjanjian ditandatangani oleh Padam Tumungo (yang terhormat Tumenggung), Samgydepaty (Sang Depati), e outre Benegar (dan bendahara) e easy o xabandar (dan Syahbandar) [19]Syahbandar Sunda Kelapa yang menandatangani bernama Wak Item dari kalangan muslim Betawi, dia menandatangani dengan membubuhkan huruf Wau dengan Khot.

 

      h. Penguasaan dan Penyatuan Banten.

 

Pada tahun 1522 Maulana Hasanuddin membangun kompleks istana yang diberi nama Keraton Surosowan, pada masa tersebut dia juga membangun alun-alun, pasar, masjid agung serta masjid di kawasan Pacitan.  Sementara yang menjadi pucuk umum (penguasa) di Wahanten Pasisir adalah Arya Surajaya (putra dari Sang Surosowan dan paman dari Maulana Hasanuddin) setelah meninggalnya Sang Surosowan pada 1519 m. Arya Surajaya diperkirakan masih memegang pemerintahan Wahanten Pasisir hingga tahun 1526 M.

 

Pada tahun 1524 m, Sunan Gunung Jati bersama pasukan gabungan dari kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak mendarat di pelabuhan Banten Pada masa ini tidak ada pernyataan yang menyatakan bahwa Wahanten Pasisir menghalangi kedatangan pasukan gabungan Sunan Gunung Jati sehingga pasukan difokuskan untuk merebut Wahanten Girang Dalam Carita Sajarah Banten dikatakan ketika pasukan gabungan kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak mencapai Wahanten Girang, Ki Jongjo (seorang kepala prajurit penting) dengan sukarela memihak kepada Maulana Hasanuddin Dalam sumber-sumber lisan dan tradisional di ceritakan bahwa pucuk umum (penguasa) Banten Girang yang terusik dengan banyaknya aktifitas dakwah Maulana Hasanuddin yang berhasil menarik simpati masyarakat termasuk masyarakat pedalaman Wahanten yang merupakan wilayah kekuasaan Wahanten Girang, sehingga pucuk umum Arya Suranggana meminta Maulana Hasanuddin untuk menghentikan aktifitas dakwahnya dan menantangnya sabung ayam (adu ayam) dengan syarat jika sabung ayam dimenangkan Arya Suranggana maka Maulana Hasanuddin harus menghentikan aktifitas dakwahnya. Sabung Ayam pun dimenangkan oleh Maulana Hasanuddin dan dia berhak melanjutkan aktifitas dakwahnya Arya Suranggana dan masyarakat yang menolak untuk masuk Islam kemudian memilih masuk hutan di wilayah Selatan.

 

Sepeninggal Arya Suranggana, kompleks Banten Girang digunakan sebagai pesanggrahan bagi para penguasa Islam, paling tidak sampai di penghujung abad ke-17. Atas petunjuk ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin kemudian memindahkan pusat pemerintahan Wahanten Girang ke pesisir di kompleks Surosowan sekaligus membangun kota pesisir. Kompleks Istana Surosowan tersebut akhirnya selesai pada tahun 1526. Pada tahun yang sama juga Arya Surajaya pucuk umum (penguasa) Wahanten Pasisir dengan sukarela menyerahkan kekuasannya atas wilayah Wahanten Pasisir kepada Sunan Gunung Jati, akhirnya kedua wilayah Wahanten Girang dan Wahanten Pasisir disatukan menjadi Wahanten yang kemudian disebut sebagai Banten dengan status sebagai depaten (provinsi) dari kesultanan Cirebon pada tanggal 1 Muharram 933 Hijriah (sekitar tanggal 8 Oktober 1526 m),  kemudian Sunan Gunung Jati kembali ke kesultanan Cirebon dan pengurusan wilayah Banten diserahkan kepada Maulana Hasanuddin, dari kejadian tersebut sebagian ahli berpendapat bahwa Sunan Gunung Jati adalah Sultan pertama di Banten  meskipun demikian Sunan Gunung Jati tidak mentasbihkan dirinya menjadi penguasa (sultan) di Banten Alasan-alasan demikianlah yang membuat pakar sejarah seperti Hoesein Djajadiningrat berpendapat bahwa Sunan Gunung Jatilah yang menjadi pendiri Banten dan bukannya Maulana Hasanuddin.

 

Pada tahun 1552, Maulana Hasanuddin diangkat menjadi sultan di wilayah Banten oleh ayahnya Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Perebutan pengaruh antara Kerajaan Sunda Galuh dengan Kesultanan BantenCirebon segera bergeser kembali ke darat. Tetapi Kerajaan Sunda Galuh yang telah kehilangan banyak wilayah menjadi sulit menjaga keteguhan moral para pembesarnya. Satu persatu dari para Pangeran dan Putri Pakuan di banyak wilayah jatuh ke dalam pelukan agama Islam. Begitu pula sebagian Panglima Perangnya.

 

       i.   Perundingan Yang Sangat Menentukan.

 

Setelah Pakuan Pajajaran yang merupakan ibukota Kerajaan Sunda Galuh jatuh kepada Syarif Hidayatullah pada tahun 1568 (hanya satu tahun sebelum ia wafat pada tahun 1569 dalam usia yang hampir 120 tahun), kemudian terjadi perundingan terakhir antara Syarif Hidayatullah dengan para pegawai istana, Syarif Hidayatullah kemudian memberikan 2 opsi:

 

  1. a) Bagi para pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan martabatnya, seperti gelar Pangeran-Putri atau Panglima akan tetap disandangnya, dan kemudian mereka dipersilakan tetap tinggal di keraton masing-masing.

 

  1. b) Bagi para pembesar Istana Pakuan yang tidak bersedia masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar dari ibukota Pakuan Pajajaran untuk diberikan tempat di pedalaman Banten (wilayah Cibeo sekarang).

 

Dalam perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini, sebagian besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi pertama. Sedang Pasukan Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan Korps Elite dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi kedua. Diyakini mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota pemukiman yang hanya sebanyak 40 keluarga (karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan). Anggota yang tidak terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar. Dengan segala jasa Syarif Hidayatullah inilah yang kemudian umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.

 

    j.  WAFAT.

 

Syekh Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati berpulang ke rahmatullah pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka.  Meninggal dalam usia 120 tahun, sehingga putra dan cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu, melainkan cicitnya yang memimpin Kesultanan Cirebon setelah wafatnya Syarif Hidayatullah. Syekh Syarif Hidayatullah kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati karena dimakamkan di Bukit Gunung Jati.

 

  1. Dhuaja Korem 063/Sunan Gunun Jati.

 

Dhuaja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti bendera panji-panji, pataka, lambang, lencana atau isyarat. Korem 063/SGJ sendiri mempunyai Dhuaja yang sejak dibentuknya Satuan Korem 063/SGJ sampai sekarang masih terawat dan ditempatkan di Ruangan Komandan Korem 063/SGJ. Setiap acara tradisi serah terimah jabatan Danrem 063/SGJ dhuaja selalu ikut serta di serahterimahkan. Dan juga pada saat pelaksanaan acara tradisi Korps pelepasan bagi seluruh anggota Korem 063/SGJ.

 

Dhuaja Korem 063/Sunan Gunung Jati

Dhuaja Korem 063/SGJ yang terdiri dari gambar Gunung yang dibelakangnya ada sinar matahari dan didepan gunung tersebut adanya lautan (perairan)  serta  di apit oleh daun jati dan daun talas serta ada tulisan “Sunan Gunung Jati”  mempunyai arti sebagai berikut :

 

  1. Ukuran / Warna

 

  • Ukuran Dhuaja : 54 X 81 Cm
  • Warna :
  • Matahari : Emas
  • Gunung : Hijau tua dengan garis perak
  • Air : Perak
  • Daun Jati : Emas
  • Daun Talas : Perak
  • Huruf : Emas

 

  1. Nama ( Sejarah yang dijadikan dasar )

 

Nama    “   SUNAN   GUNUNG   JATI  “,    diambil    dari  ungkapan   sejarah  pahlawan, baik ditinjau dari keterangan Babad yang disebut dengan nama MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH sebagai putra kedua dari Nyi Mas Rara Santang Putri Prabu Siliwangi yang dinikahi oleh Sultan Hud Raja Bani Israel maupun dari lembaran sejarah dengan nama FATAHILLAH / PALATEHAN, seorang alim dari Pasai yang diangkat oleh Sultan Demak R. Trenggono sebagai Panglima Tentara dengan tugas menguasai Jawa Barat.

 

                        Namun jasad yang beristirahat di makam Gunung Jati hingga sekarang ini dianggap sebagai pahlawan besar yang menjadi titik keagungan dan kebanggaan rakyat daerah Cirebon.        Dan bahkan sekarang ini nama itu disandarkan simbol ikatan antara rakyat dan Tentara di daerah Cirebon, tapi apabila digali kembali riwayat pertumbuhan ketentaraan diawal revolusi dari mulai “ BKR – TKR – TRI “ hingga sampai kepada TNI tercantum dalam lembaran riwayat ketentaraan, sewaktu Divisi yang diberi nama SUNAN GUNUNG JATI, yang pertama-tama dibentuk pada akhir tahun 1945 di Cirebon.      

 

                        Nama Keramat itu akan menjadi jalinan dari tali yang terpilih diantara rakyat Cirebon, Tentara dengan Pahlawan sejarahnya dan menjadi ikatan yang kuat dari masa ke masa.

 

  1. Gambar Lambang. Gambar Pokok : Gunung, Laut dan Api

 

Tiga  nama   tadi  adalah  tiga  dari  empat  dasar  yang  merupakan  sumber hidup dijagat raya ini, dan khususnya dipakai oleh rakyat Cirebon yang disimpulkan dalam kata turun-temurun dengan tiga kata-kata : Manggal – Panjil – Mangup, yang berarti Laut, Gunung dan Matahari, tafsirannya sebagai berikut :

 

  • Watak Laut. Rakyat     Cirebon      mempunyai     watak    jembar       ( Luas  dalam  menghadapi sesuatu yang berwatak timbal balik, apabila menghadapi seorang yang berlagak sombong akan diterima, dihadapi lebih sombong lagi, sedangkan yang suka merendah diterima dengan lebih rendah hagi).

 

  • Watak Gunung. Arti asli  mangup adalah makar, mengambang, diambil  alih dari kata siloka dengan dalil “ Sebab dan Musabab “, Mangup timbul sebagai akibat dari daya sinar panasnya api yang menyala.

 

  • Watak Matahari Biji-bijian  akan  merupakan  benda  mati,  apabila tak terkena sorotan sinar matahari, yang merupakan/memberi sumber hidup, tak ada gerak yang dinamis kalau tidak ada sesuatu pegangan kepercayaan yang menjiwai segala gerak, setia dan tunduk kepada dasar, kepercayaan adalah watak kesatria.

 

  1. Gambar Hiasan

 

  • Daun Jati : Lambang kegunaan yang dibutuhkan oleh masyarakat kehidupan.

 

  • Daun Talas : Lambang  keuletan dan kejayaan yang abadi apabila rumpun talas dipotong sore, maka timbul pagi-pagi pelepah-pelepah baru, sesuai hal ini dengan pepatah Jawa   “ Kena Ing Lara, Ora Kena Ing Pati “  yang artinya Patah Tumbuh Hilang Berganti.

 

  1. Kiasan
  • Teguh sebagai Gunung.
  • Kebijaksanaan yang lepas luas sebagai laut lepas.
  • Berguna bagi keseluruhan.
  • Selalu diwahyuni oleh Tuhan Yang Maha Esa perjuangan sepanjang zaman.

 

BAB  II

SEKITAR PEMBENTUKAN KOREM 063/SUNAN GUNUNG JATI

  1. Latar Belakang Sejarah dan Pemrakarsa.

 

Divisi Siliwangi adalah divisinya rakyat Jawa Barat yang tumbuh dari haribaan warga Jawa Barat. Diasuh dan dibina oleh warga Jawa Barat sendiri, bagaikan maung dengan rimba belukar. Siliwangi diresmikan menjadi nama organisasi atau institusi militer yang ada di Jawa Barat semenjak tanggal 20 Mei 1946. Pemberian nama itu diilhami oleh kebesaran Jawa Barat dimasa lampau dimana Prabu dan Keprabuan beroleh ketenaran. Akan tetapi sejarah susunan militer warga Jawa Barat yang diabadikan dan mencapai ketenaran dengan nama Siliwangi itu, bukan berarti dimulai sejak tanggal 20 Mei 1946 itu, melainkan dimulai sejak Proklamasi 17 Agustus 1945.  Sejarah Divisi Siliwangi tidak dapat dipisahkan dari sejarah Proklamasi  17 Agustus 1945 dari rakyat Indonesia.  Jatuh bangunnya Divisi Siliwangi bertautan dengan jatuh bangunnya Proklamasi 17 Agustus 1945,  karena Proklamasi adalah induk segala induk dan jiwa dari pada Siliwangi. Lahirnya Divisi Siliwangi dimulai dari adanya kegiatan–kegiatan kesatuan–kesatuan bersenjata dalam rangka usaha mempertahankan Proklamasi di wilayah Jawa Barat.

 

Untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia diawal Proklamasi, tepatnya pada tanggal 22 Agustus 1945, pemerintah tidak langsung membentuk tentara, melainkan suatu wadah perjuangan bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Mengingat berbagai ancaman yang timbul, maka pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Selaras dengan anjuran tersebut, di Jawa Barat dibentuk Komandemen I TKR yang membawahi 3 Divisi yaitu :

 

  1. DIVISI I, meliputi Karasidenan Banten dan Bogor, dengan Markas Komando yang berkedudukan di Serang, dibawah Pimpinan Kolonel Kyai Haji Syam’un.
  2. DIVISI II, meliputi Karasidenan Jakarta dan Cirebon, dengan Markas Komando berkedudukan di Lingggarjati, dibawah Pimpinan Kolonel Kasikin yang kemudian digantikan oleh Kolonel Abdul Kadir.
  3. DIVISI III, meliputi Karasidenan Priangan dibawah Pimpinan Kolonel Aruji Kartawinata dengan markas di Bandung.

 

Pada tanggal 20 Mei 1946 ketiga Divisi tersebut dilebur menjadi satu dengan nama ” DIVISI SILIWANGI” di Pimpin Kolonel AH.Nasution. Momentum inilah yang dijadikan titik tolak hari Kodam III/Siliwangi yang bermarkas di Bandung Jawa Barat dan mempunyai wilayah Jawa Barat dan Banten.

 

Titik balik terbentuknya Satuan Korem 063/SGJ tidak lepas dari peristiwa hijrahnya  Long March Pasukan Siliwangi yang berawal saat Kapal “Renville” yang sedang berlabuh di teluk Jakarta pada tanggal 17 Januari 1948 menyepakati adanya perjanjian Renville. isi perjanjian Renville itu antara lain adalah bahwa : Mengharuskan pasukan Siliwangi Hijrah ke Jawa Tengah ke daerah-daerah yang masih dikuasai oleh R.I. dipandang dari segi Politik, secara militer dan segi ekonomi sangat merugikan Republik Indonesia khususnya TNI.

 

Pada saat menjelang hijrah unsur-unsur pimpinan Divisi Siliwangi terdiri dari : Panglima Divisi Kolonel A.H. Nasution, Kepala Staff Kolonel Hidayat, Komandan Brigade-I/Tirtayasa di Banten Letkol Dr. Arie Sudewo yang menggantikan Letkol Suganda Brata Manggala, Komandan Brigade-II/Suryakencana di Sukabumi Letkol A.E. Kawilarang. Komandan Brigade-III/Kiansantang di purwakarta Letkol Sidik Brata Kusumah, Komandan Brigade-IV/Guntur di Bandung Selatan Letkol Daan Yahya. Komandan Brigade-V/Sunan Gunung Jati di Cirebon Letkol Abimayu.

 

Pada saat pasukan Siliwangi kembali Hijrah dari Jawa Tengah, maka terbentuklah kantong-kantong kekuatan yang tersebar diseluruh Jawa Barat. Kantong Kantong tersebut berkembang menjadi Komando Distrik Militer (KDM) yang menempati berbagai wilayah di Jawa Barat tidak terkecuali di Cirebon yang tergabung dalam susunan Brigade V/Sunan Gunung Jati yang di Pimpin oleh Letkol Abimanju.

 

Untuk lebih memudahkan dalam kegiatan perjuangan dimasing-masing daerah, maka Divisi Siliwangi mengeluarkan Surat Divisi Order Nomor : 158/1949 tanggal 8 Desember 1949 dengan nama “ KOMANDO MILITER DISTRIK (KDM)  III DIVISI VI/SILIWANGI “  merupakan cikal bakal terbentuknya Korem 063/Sunan Gunung Jati. Panglima Divisi Siliwangi menunjuk Letnan Kolonel Inf Daeng Ardiwinata untuk memimpin KDM III Divisi VI/Siliwangi dengen wilayah yang mencakup Kabupaten Garut, Kabupaten Subang dan dua pertiga Kabupaten Bandung.

 

  1. Proses Pembentukan dan Kondisi Awal.

 

Korem 063/Sunan Gunung Jati pada pembentukan awal pada tanggal 8 Desember 1949 yang bernama Komando Distrik Militer III Divisi VI/Siliwangi dan Letkol Inf Daeng Ardiwinata yang berawal didaerah Linggar Jati Kab Kuningan dan kemudian bermarkas di Jalan Karang Getas Kelurahan Pekalangan kec Pekalipan Kota Cirebon dengan menggunakan Gedung Karang Anom.

 

Pada saat pembentukan Brigade V/Sunan Gunung Jati, diawaki oleh prajurit-prajurit pilihan yang di susun pada Brigade V/Sunan Gunung Jati Divisi III/Siliwangi berikut Danyon-Danyon dan Komandan DKT :Komandan Brigif, Letkol Abimanju.

 

  1. Komandan Batalyon I, Mayor Dasuki, kemudian diganti oleh Mayor Suardi, dan Kepala DKT ,Kapten Sunanto.
  2. Komandan Batalyon II, Mayor Sangun dan Kepala DKT, Kapten Dayat.
  3. Komandan Batalyon III, Mayor Ribut dan Kepala DKT, Kapten Nata.
  4. Komandan Batalyon IV, Mayor Suroto kemudian diganti oleh Mayor Rukman dan Kepala DKT, Kapten Arim Permadi.
  5. Komandan Batalyon V, Mayor Efendi dan Kepala DKT, Kapten Sunarja.
  6. Komandan Batalyon VI, ,Mayor Sujana dan Kepala DKT, Kapten Mardja.

 

Dinamika perubahan di tubuh TNI yang begitu cepat, reorganisasi di tubuh TNI AD semakin berkembang, begitu pula kedudukan dan validasi Korem 063/Sunan Gunung Jati dari waktu ke waktu semakin berubah, diantaranya sebagai berikut :

  1. Berdasarkan Surat Divisi Order Nomor : 96/1950 tanggal 15-1-1950 berubah nama menjadi “ BRIGADE 14/C “, berkedudukan di Cirebon meliputi Keresidenan Cirebon, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.
  2. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima T T – III  Nomor 47/KPTS/PDS/1952 tanggal 27-7-1952 BRIGHADE 14/C menjadi Resimen Infantri 9/Sektor C.
  3. Pada tahun 1958 Resimen Infantri 9/Sektor-C mendapat Panji dan berubah nama menjadi “ RESIMEN INFANTRI 9/SUNAN GUNUNG JATI.
  4. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI/Siliwangi Nomor ; KPTS/81/A/2/1960 Tanggal 6-7- 1960  menjadi KOMANDO RESOR MILITER CIREBON/ SUNAN GUNUNG JATI.
  5. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI / Siliwangi Nomor ; KPTS /129-2/10/1962 tanggal 20-10-1962 menjadi KOMANDO RESOR MILITER 062/ SUNAN GUNUNG JATI.
  6. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI/Siliwangi tanggal 1-7-1963 menjadi “ KOMANDO RESOR MILITER 063/SUNAN GUNUNG JATI “.
  7. Pada tahun 1975 pembubaran Yonif 314 / SLP dan pembentukan Kodim 0619/Purwakarta.
  8. Pada Tahun 1975 Reorganisasi dari ROI TOP/DAF 884.
  9. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI/Siliwangi Nomor : Skep/14/II/1979 tanggal 22-2-1979 terbentuk KODIM 0620/KABUPATEN CIREBON, merupakan pemisahan daerah Kodim 0614/Kota Cirebon ( Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon ).
  10. Surat Keputusan Kasad Nomor : Skep/14/I/1985 tanggal 1-1-1985 dan Skep/14-a/I/1985 tanggal 1- 4 -1985 tentang Likwidasi Satuan dari Korem 063/SGJ Dam VI/Siliwangi menjadi Korem 063/Sunan Gunung Jati Kodam III/Siliwangi.

 

BAB   III

PERKEMBANGAN ORGANISASI DAN PEMBINAAN

SATUAN KOREM 063/SUNAN GUNUNG JATI

  1. Organisasi.

            Satuan yang berada di Kota Cirebon sendiri ada Korem 083/SGJ dan Kodim 0614/Kota Cirebon yang memiliki 4 Koramil. Korem 063/SGJ sendiri merupakan Satuan Kewilayahan yang dibawah kendali Kodam III/Siliwangi. Di dalam melaksanakan tugasnya Korem 063/SGJ mempunyai tugas pokok yaitu Korem 063/SGJ adalah eselon pelaksana tingkat Kodam III/Slw yang berkedudukan langsung di bawah Pangdam III/Slw, dengan tugas pokok menyelenggarakan pertempuran dan pembinaan teritorial dalam rangka mendukung tugas pokok Kodam III/Slw. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Korem 063/SGJ melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut :

 

  1. Tugas ( Melaksanakan Fungsi Utama ).
  • Menyelenggarakan pertempuran di darat yang dilakukan dengan Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang bersifat tempur.
  • Pembinaan Teritorial. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, pengerahan, dan pengendalian potensi wilayah pertahanan dengan segenap aspeknya untuk menjadi kekuatan sebagai ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh dalam bentuk ketahanan wilayah untuk kepentingan pertahanan negara di wilayahnya.
  1. Tugas ( Melaksanakan Fungsi Organik TNI AD ).

1)         Intelijen.        Staf Intelijen Korem 063/SGJ mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan pembinaan intelijen, penyelidikan, pengamanan dan Penggalangan dalam rangka mendukung tugas pokok Korem 063/SGJ.

2)         Operasi.        Menyelenggarakan kegiatan di bidang perencanaan operasi, latihan dan kesiapan satuan dalam rangka mendukung tugas pokok Korem 063/SGJ.

3)         Personel.      Staf Personel Korem 063/SGJ mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan di bidang penggunaan dan perawatan personel dalam rangka mendukung tugas pokok Korem 063/SGJ.

4)         Logistik.        Staf Logistik Korem 063/SGJ mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan di bidang pemeliharaan, angkutan, administrasi logistik, dan Simak BMN dalam rangka membantu tugas pokok Korem 063/SGJ.

5)         Teritorial.      Staf Teritorial Korem 063/SGJ mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan di bidang Teritorial dalam rangka mendukung tugas pokok Korem 063/SGJ.      

6)         Perencanaan.          Staf Perencanaan Korem 063/SGJ mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan di bidang perencanaan, program kerja dan anggaran dalam rangka mendukung tugas pokok Korem 063/SGJ.

Korem 063/Sunan Gunung Jati semula pada awal pembentukan mempunyai wilayah dari Kabupaten Garut, Kabupaten Subang dan dua pertiga Kabupaten Bandung. Berjalannya organisasi yang penuh dinamika sehingga Pangdam VI/Siliwangi perlu mengreorganisasi kembali serta memvalidasi satuan di jajarannya. Dan berdasarkan Skep/131/II/1985 tanggal 12 Pebruari 1985 dan surat  perintah KASAD No. Sprin/346/II/1985 tanggal 12 Pebruari 1985 tentang perubahan nama Kodam VI/Siliwangi menjadi Kodam III/Siliwangi dari jumlah awal 90 satuan menjadi 61 satuan , yang didalamnya terdapat Korem 063/Sunan Gunung Jati memiliki 8 Kodim, diantaranya yaitu :

 

  1. Kodim 0604/Karawang. Pembentukan Kodim 064/Krw diprakarsai oleh Pangdam III/Siliwangi berlatar belakang pada Tahun 1949 di Kabupaten Karawang telah dibentuk dan diresmikan Satuan Komando Kewilayahan yang pada waktu itu disebut KDM (Komando distrik Militer) dibawah Pimpinan seorang Perwira Pertama yaitu Lettu R. Hidayat, dengan wilayah 1 Kabupaten yaitu Kabupaten Karawang meliputi 12 kecamatan,  yakni kecamatan Karawang, Kecamatan Klari, Kecamatan Rengasdengklok, Kecamatan Pedes, Kecamatan Batujaya, Kecamatan Rawamerta, Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Cikampek, Kecamatan Jatisari, Kecamatan Cilamaya, Kecamatan Telagasari dan Kecamatan Telukjambe. Kodim 0604/Karawang pertama kali dibentuk berkedudukan di Jalan Tuparev Karawang s.d. Tahun 1982 kemudian pindah di jalan Siliwangi No. 1 Karawang dengan membawahi satuan-satuan pelaksananya sebanyak 12 Koramil, sampai dengan sekarang.

 

  1. Kodim 0605/Subang. Berdirinya  Komando  Distrik  Militer  0605/Subang berawal sekembalinya Divisi Siliwangi dari penghijrahannya di Jawa Tengah melakukan Long Mars menuju Jawa Barat, seluruh pasukannya telah memasuki posnya masing-masing sesuai dengan dislokasi yang telah ditentukan oleh Komando Atasannya sebagai penguasa tertinggi didaerah Kabupaten Purwakarta di Subang ialah KMD V/Siliwangi  ( Komando Militer Distrik V ) yang dipimpin oleh Letkol Sambas Atmadinata dan berkedudukan di waluku Desa Cikao Bandung/Purwakarta kemudian pindah ke Desa Taringgul Tonggoh. Hari lahir Kodim 0605/Sbg pada tanggal 1 Juni 1960 dan berdasarkan aset tanah milik TNI-AD yang terletak di Jln. Mayjen Sutoyo, Kodim 0605/Subang dari tahun 1960 sampai dengan 1979 berkedudukan di Jln Ade Irma Suryani Nasution yang sekarang menjadi kantor pemerintah daerah Kab. Subang. Pada tahun 1980 sampai dengan sekarang Kodim 0605/Subang dipindahkan berkedudukan di Jln. Mayjen Sutoyo No. 27 Subang sampai dengan sekarang dan memiliki 12 Koramil.

 

  1. Kodim 0614/Kota Cirebon. Kesatuan Kodim 0614/Kota Cirebon adalah merupakan kelanjutan pengembangan satuan-satuan sebelumnya. Sebagai satuan awal adalah Kesatuan KOMANDO MILITER KOTA (K.M.K) Cirebon yang diresmikan pada tanggal 29 Nopember 1949 dengan berkedudukan di Jl. Siliwangi No. 149 Cirebon (sekarang Kantor Asuransi Bumi Putra 1912). Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI/ Siliwangi No. Kept. 37-2/3/1962 tanggal 20-3-1962 dan Surat Perintah Danrem 063/SGJ No. Sprin. 39-2/3/1962 tanggal 31-2-1962, masing-masing Komando Militer Kota (K.M.K) Cirebon dan Distrik Militer-I (PDM – I) Cirebon yang berkedudukan di Plumbon (sekarang Ma Yon Arhanudse-14) dilikwidasi menjadi satu Kesatuan dengan nama Kesatuan KODIM 0614 CIREBON TMT. 1 April 1962. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI/ Siliwangi No. Skep. 14/11/1979 tanggal 22 Pebruari 1979 dan Surat Perintah Danrem 063/SGJ No.Sprin. 1094/X/1979 tanggal 10 Oktober 1979 Kodim 0614 Cirebon berkembang menjadi dua Kodim yaitu Kodim 0614/ Kota Cirebon berkedudukan di Jl. Karanggetas No. 25 Cirebon (sekarang Toserba Asia) dan Kodim 0620/ Kabupaten Cirebon berkedudukan di Sumber. Hari jadi Kodim 0614/ Kota Cirebon diambil dari Hari Jadi/ lahirnya KMK yaitu tanggal 29 Nopember 1949, karena KMK merupakan cikal bakal dari Kodim 0614/ Kota Cirebon.

 

  1. Kodim 0615/Kuningan. Berdasarkan Instruksi MBAD Nomor : 1/MBKD/48 tanggal 28 Desember 1948, mengenai pembentukan pemerintah militer, maka KGRM menggunakan kembali kodenya yaitu Yon 1/XIII/IV Siliwangi. Batalyon ini tetap dipimpin oleh Mayor Rukman yang merangkap sebagai Komandan Sub Teritorial Commando ( STC ), Selain itu, dibentuk pula Komando   Militer   Daerah   (KMD)   yang   wilayahnya   meliputi Karesidenan   Cirebon, yaitu    Kabupaten   Kuningan, Kabupaten   Majalengka, Kabupaten   Indramayu dan Kota Cirebon. Pada saat itu KDM Kuningan berkedudukan/beralamat di Jalan Siliwangi Kabupaten Kuningan, yang pada saat ini lokasi tersebut dikenal dengan Gedung Sanggariang, dan nama KDM berubah menjadi Perwira Distrik Militer. Dalam perjalanan selanjutnya, sesuai Surat Keputusan Pangdam VI/Siliwangi Nomor KPTS 81/A/2/1960 tanggal 6 Juli 1960 dari Resimen  INF  9/  Sunan  Gunung  Jati  menjadi  Komando  Resort  Militer  Cirebon/Sunan Gunung Jati pada tanggal 1 Juli 1963 dirubah menjadi Komando Resort Militer 063/Sunan Gunung Jati. Maka terkait dengan hal tersebut diatas, sejak 8 Desember 1963, nama Perwira Distrik Militer Kuningan di ubah menjadi Kodim 0615/Kuningan dan nama KODM dirubah   menjadi Komando   Rayon   Militer (disingkat Koramil)   selanjutnya   pada   tahun 1984 Kodim  0615/Kuningan pindah  alamat ke  bangunan  baru,  di  Jalan  RE.Martadinata No.97 Kelurahan Ciporang Kec/Kab.Kuningan, sampai dengan sekarang.

 

  1. Kodim 0616/ Indramayu. Cikal  bakal  dari  Sejarah  singkat  Kodim  0616/Indramayu adalah terbentuknya Komando Daerah Gerilya ( KDG ) dibawah pimpinan Mayor Sangun, sedangkan Komandan Pasukannya dipegang oleh Kapten M.A. Sentot. ( Sekarang Sudah Purnawirawan berdomisili di Desa Sukahaji ). Pada tanggal I September 1962 dalam masa pelaksanaan TRIKORA, organisasi Teritorial   ditingkatkan   lagi   menjadi   Komando.   Untuk   Wilayah   Kabupaten   Indramayu, dibentuklah Komando Distrik Militer 0616/Indramayu yang menjadi satuan bawahan dari Komando Resor Militer 063/SGJ Komando Daerah Militer VI/Siliwangi yang sekarang menjadi Kodam III/Slw. Kodim 0616/Imy sendiri pada awal terbentuknya memiliki 17 Koramil.

 

  1. Kodim 0617/Majalengka. Sebagai tonggak sejarah terbentuknya Kodim 0617/Majalengka adalah Komando Distrik Militer yang pada waktu itu disingkat KDM Majalengka, Komando Militer Distrik (KMD) I didirikan pada tahun 1949 dan pada tanggal 1 Mei 1950 yang dipimpin oleh Kapten D. Affandi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Danyon V dibawah resimen 12 Divisi IV Siliwangi, Komando Distrik Militer (KDM) Majalengka berubah menjadi PerwiraDistrikMiliter(PDM) III PosSatuanTeritorium (PST) T dan Teritorium (T) IIIJawa Barat kemudian Divisi IV/Siliwangi untuk selanjutnya dibawahkan Resimen Infanteri 9, sesuai dengan Surat Keputusan Pangdam VI/Slw Nomor : Kpts/71-2/2/1962 tanggal 6 Juni 1962 tentang Pembentukan Kodim diantaranya Kodim-Kodim jajaran Korem Cirebon sesuaiyang ditindaklanjuti dengan Surat Telegram DANREM Cirebon No. KPTS/107-3/7/1962 maka PDM III RI-9 berubah menjadi Kodim 0617/Majalengka REM Cirebon. Kodim 0617/Majalengka sendiri memiliki 17 Koramil yang tersebar diseluruh Kabupaten Majalengka.

 

  1. Kodim 0619/Purwakarta. Berdasarkan Surat Telegram Pangdam VI/Siliwangi No: ST/409-2/1975 tanggal 21 Mei 1975, dibentuklah Kodim 0619/Purwakarta yang diresmikan oleh Pangdam VI/Siliwangi, Mayor Jendral TNI Himawan Soetanto, dalam suatu upacara di Lapangan Kiansantang Purwakarta pada tanggal 24 Mei 1975. Daerah tugas dan tanggung Jawab Kodim 0619/Purwakarta meliputi luas Daerah Administratif Pemerintah Kabupaten Dati II Purwakarta, meliputi 7 Kecamatan dan 70 Desa. Berdasarkan Surat Perintah Pangdam VI /Siliwangi No. Sprin/453-3/V/1975 tanggal 14 Mei 1975 maka ditetapkanlah penggunaan Struktur Organisasi Kodim 0619/Purwakarta yang didasarkan pada Surat Keputusan Kasad Nomor : SKEP.884/XI/1974 tanggal 16 Nopember 1974, dan ditetapkan pula bahwa Kodim 0619/Purwakarta terdiri dari 5 Koramil.

 

  1. Kodim 0620/ Kab. Cirebon. Pembentukan Kodim 0620/Kab. Cirebon berawal dari adanya pengembangan wilayah Cirebon yang di bagi menjadi 2 (dua) daerah Kab. Cirebon dan Kota Cirebon.Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VI/Siliwangi Nomor : Skep/14/II/1979 tanggal 22-2-1979 dibentuklah  Kodim 0620/Kab. Cirebon  yang berkedudukan di bawah Korem 063/SGJ dan berdislokasi di Sumber Kab. Cirebon dengan wilayah tanggung Jawab meliputi 1 (satu) daerah Kabupaten dan 21 ( dua Puluh satu ) wilayah kecamatan.

 

Seiring dengan kebutuhan personel yang semakin hari semakin berkembang, pada tahun 2022 ini Korem 063/Sunan Gunung Jati menggunakan Organisasi  dan Tugas Korem Tipe (Orgas Korem Tipe B) Uji Coba yang disahkan dengan Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 60 tahun 2016 tanggal 13 Desember 2016 tentang Peraturan Kasad tentang Organisasi dan Tugas Komando Resor Militer Tipe B.

 

Didalam ketetapan tersebut termasuk dalam susunan Personel dan perlengakapan yang bersifat uji coba, yang selanjutnya akan disempurnakan untuk ditetapkan dengan peraturan Kasad, sehingga Peraturan Kasad Nomor Perkasad/ 17/IV/2008  tanggal 8 April 2008 tentang Organisasi dan Tugas Komando Resor Militer (Organisasi Korem) dinyatakan tidak berlaku lagi.

 

Diwilayah Teritorial Korem 063/SGJ itu sendiri, kondisi saat ini banyak instansi militer yang masuk ke dalam wilayah Korem 063/Sunan Gunung Jati. Satuan tempur dan Bantuan tempur yang berada di wilayah Korem 063/Sunan Gunung Jati dan masih organik Kodam III/Siliwangi yaitu Yonif 312/Kala Hitam dan Yon Arhanud 14. Namun dengan seiringnya waktu berjalan , berdasarkan Surat Telegram Rahasia Pangdam III/Slw Nomor : STR/210/1994 tanggal 12 Nopember 1994 tentang Perintah Yonif 312/KH Korem 063/Sunan Gunung Jati menjadi organik Brigif 15/Kujang Kodam III/Siliwangi dan Yon Arhanudse-14 Kodam III/Siliwangi BKO Korem 063/Sunan Gunung Jati.

 

STRUKTUR ORGANISASI

KOMANDO RESOR MILITER TIPE B

(BERDASARKAN SUSUNAN PERSONEL DAN PERLENGKAPAN)

 

KOREM TIPE B

POKPIMP

SINTEL

SIOPS

SIPERS

SILOG

SITER

SKOREM TIPE B

SETUM

SANDI

KIMA

INFOLAHTA

JAS

BINTAL

PEN

KUM

YONIF

KODIM

TIMINTEL

YONIF

KODIM

 

( Sumber : Perkasad No 60 Tahun 2016 tentang Organsasi dan Tugas Komando Resor Militer Tipe B Uji Coba )

 

Dalam mendukung tugas-tugas yang dibebankan Komando Atas, Korem 063/SGJ juga dilayani oleh Dinas Jawatan yang berada di area Serrvice Korem 063/SGJ dengan tugas perbantuan yang masing-masing miliki dalam rangka mendukung tugas Pokok Korem 063/SGJ. Dinas Jawatan yang berada di Area Service Korem 063/SGJ, yaitu :

 

  1. Ajudan Jenderal (Ajen) Rem 063/SGJ. Merupakan Badan pelaksana tingkat Korem yang menyelenggarakan fungsi teknis Ajudan Jenderal yang berkedudukan secara operasional dibawah Danrem, dengen tugas pokok menyelenggarakan dan melaksanakan pengurusan administrasi personel, administrasi umum dan kesejahteraan moril dalam rangka mendukung tugas pokok Korem.

 

  1. Detasemen Perhubungan (Denhub) Rem 063/SGJ.

 

Satuan Perhubungan Korem 063/Sunan Gunung Jati lahir dan diresmikan
bersamaan dengan lahirnya korem 063/SGJ. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam satuan Korem untuk mendukung tugas pokok. Satuan Perhubungan Merupakan satuan yang mendukung pelaksanaan tugas korem dalam bidang komunikasi meliputi:

 

1)         Pernika Dan Fotofilm Militer Sebagai Arti bentuk perlawanan Elektronika dan pencegahan perlawanan elektronika dalam rangka pengamanan sistem komunikasi serta penyediaan sarana pengiriman video atau gambar dan foto film militer untuk kepentingan korem.

 

2)         Konbekharstal adalah merupakan konstruksi, pembekalan, pemeliharaan dan penginstalasian materil perhubungan yang merupakan kegiatan dalam rangka mendukung gelar perhubungan di jajaran korem.

 

3)         Menyelenggarakan Komunikasi kegiatan di bidang penyelenggaraan komunikasi antar komando, satuan, dan instansi serta badan-badan di jajaran Korem.

 

  1. Detasemen Peralatan (Denpal) III/3/Crb. Lahirnya Denpal Cirebon terbentuk pada thuan 1949 yang berkedudukan di Jalan Karang Getas yang pada saat itu bernama JANMAT, kemudian berubah menjadi BENGMAT dan kemudian menjadi DENPAL yang di pimpin berpangkat Mayor. Denpal sendiri memiliki tugas dan tanggun Jawab sebagai pembekalan dan pemeliharaan kepada seluruh Satuan yang ada di Wilayah Satuan Korem 063/SGJ.

 

  1. Detasemen Perbekalan dan Angkutan (Denbekang) III-44-03/Crb. Satuan ini berdiri di Cirebon pada tahun 1978-1985 dengan nama KOBEK dengan Corp CAM dan CIN yang bermarkas di Jalan Yos Sudarso Kota Cirebon. Dan pada tahun 1985-1989 bergabung ke Korem 063/SGJ dengan nama Denbekang III-44-03/Crb terdiri dari Corp CAM dan CIN yang di jabat oleh Letkol CAM Ali Banjar. Tugas pokok dari Denbekang III-44-03/Crb menyelenggarakan kegiatan dibidang pelaksanaan Pembekalan dan pelayanan jasa bagi Satuan perawatan organic maupun non organic di wilayah area service Korem 063/SGJ.

 

  1. Detasemen Poisi Militer (Denpom) III/03 Cirebon. Denpom III/3 cirebon terletak di jln Dr.cipto mangun kusumo no 70 .kota cirebon dan pertama kali di bangun pada tahun 1994 di tempati bulan juni 1995 saat itu Dandenpom di jabat Letkol Cpm ( pur ) Muhamad dan mempunyai tugas pokok untuk membantu Korem dalam hal penyelidakan krimanal dan pengamanan fisik, penegakan hokum, penegakan disiplin dan tata tertib angkatan Darat, penyidikan, pengurusan tahanan dan tatatertib militer dan pengurusan tahanan dalam keadaan bahaya,tawanan perang ,interniran perang dan melaksanakan pengawalan protokoler kenegaraan.

 

  1. Detasemen Zeni dan Bangunan (Denzibang) 03-III Crb. Adalah badan pelaksana Zeni Kodam III/Siliwangi yang berkedudukan di Jl. Siliwangi no 151 Kota CirebonJawa Barat. Mempunyai dan melaksanakan fungsi Konstruksi, perbekalan air dan listrik serta melaksanakan fungsi pembinaan terhadap Fasjasa meliputi asset tanah dan bangunan dan material Zeni serta asistensi teknis ( fungsi utama ) guna memberikan layanan meliputi wilayah  Korem 063/Sunan Gunung Jati.Denzibang 3/III Cirebon disamping melaksanakan fungsi utama juga melaksanakan fungsi organik Militer meliputi bidang Pengamanan, Operasi, Personil, Logistik dan Binter terbatas. Mako Denzibang 3/III Cirebon yang semula berada di Jln Siliwangi Kota Cirebon sejak akhir Oktober 2019 pindah ke Jln Karangjalak, Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.

 

  1. Detasemen Kesehatan Wilayah (Denkesyah) 03.04.03 Cirebon dan Rumah Sakit TK III Ciremai.         Melayani kesehatan seluruh Prajurit di wilayah Teritorial Korem 063/SGJ meliputi seluruh Prajurit yang berdinas di Garnisun Kota Cirebon.

 

  1. Pimpinan dan Kebijakan.

 

  1. Danrem dari Masa ke masa.

 

  • Danrem 063/SGJ 1 : Letkol Inf Daeng Ardi Winata
  • Danrem 063/SGJ 2 : Letkol Inf A. Gani
  • Danrem 063/SGJ 3 : Letkol Inf Sudarman
  • Danrem 063/SGJ 4 : Mayor Inf Sumartono
  • Danrem 063/SGJ 5 : Mayor Inf Mursyid
  • Danrem 063/SGJ 6 : Letkol Inf Kemal Idris
  • Danrem 063/SGJ 7 : Letkol Inf R. Widagdo
  • Danrem 063/SGJ 8 : Letkol Inf Saptaji Hadi Prawira
  • Danrem 063/SGJ 9 : Letkol Inf R. Dharsono
  • Danrem 063/SGJ 10 : Letkol Inf A.J. Witono. S
  • Danrem 063/SGJ 11 : Kolonel Inf Somali Wirya
  • Danrem 063/SGJ 12 : Kolonel Inf Tarmat Wijaya
  • Danrem 063/SGJ 13 : Kolonel Inf M. Sumiarsa
  • Danrem 063/SGJ 14 : Kolonel Inf R. Sambas Adi, S
  • Danrem 063/SGJ 15 : Kolonel Inf A. Sudrajat
  • Danrem 063/SGJ 16 : Kolonel Inf Yuki Alibasyah
  • Danrem 063/SGJ 17 : Kolonel Inf Djadja Djahuri
  • Danrem 063/SGJ 18 : Kolonel Czi Amung Mulyana
  • Danrem 063/SGJ 19 : Kolonel Art Suwendho
  • Danrem 063/SGJ 20 : Kolonel Kav Djoko Waluyo
  • Danrem 063/SGJ 21 : Kolonel Inf Hari Sabarno
  • Danrem 063/SGJ 22 : Kolonel Inf Budi Harsono
  • Danrem 063/SGJ 23 : Kolonel Inf Djoko Mulono
  • Danrem 063/SGJ 24 : Kolonel Inf Azrai Kasim
  • Danrem 063/SGJ 25 : Kolonel Inf Oding Mulyadi
  • Danrem 063/SGJ 26 : Kolonel Inf Herry Tjahjana
  • Danrem 063/SGJ 27 : Kolonel Inf Moch. Irianto
  • Danrem 063/SGJ 28 : Kolonel Inf Imam Santoso
  • Danrem 063/SGJ 29 : Kolonel Inf Asman Yusri Yusuf
  • Danrem 063/SGJ 30 : Kolonel Inf Armyn Ali Anyang
  • Danrem 063/SGJ 31 : Kolonel Inf  Sigit Yuwono
  • Danrem 063/SGJ 32 : Kolonel Inf Rochiman
  • Danrem 063/SGJ 33 : Kolonel Inf Ali Sanjaya
  • Danrem 063/SGJ 34 : Kolonel Inf Puguh Raharjo
  • Danrem 063/SGJ 35 : Kolonel Arm Benny Effendy, S.I.P.
  • Danrem 063/SGJ 36 : Kolonel Inf Sutjipto
  • Danrem 063/SGJ 37 : Kolonel Inf Bahram
  • Danrem 063/SGJ 38 : Kolonel Inf Veri Sudijanto Sudin, S.I.P.
  • Danrem 063/SGJ 39 : Kolonel Arm Maryudi,S.Sos.
  • Danrem 063/SGJ 40 : Kolonel Inf Elkines Villando D., S.A.P.
  • Danrem 063/SGJ 41 : Kolonel Inf Danny Rakca S.A.P., M.Han

 

  1. Kebijakan Danrem dari Masa ke masa.

 

Setiap Danrem dalam memimpin satuan mempunyai ciri khas dan ide kreatif masing-masing dalam upaya Pembinaan Satuan yang berkesinambungan. Dengan memanfaatkan Logistik wilayah yang tersedia di wilayah, Korem 063/SGJ selalu berbenah untuk memperbaiki pangkalan dan berupaya memenuhi sarana prasarana yang ada di Satuan.

 

Dalam masa mengemban tugas di Korem 063/SGJ, kebijakan Pimpinan dalam mengambil keputusan yaitu pada Danrem 063/SGJ ke 34, dimana Danrem dengan menggunakan sumber daya alam dan Sumber Daya Manusia yang tersedia serta menggunakan Logistik Wilayah yang tersedia mewujudkan Lapangan tembak dan kolam pemancingan yang berada di belakang Asrama korem 063/SGJ.

 

  1. Materiil dan Pangkalan.

 

  1. Materiil.

 

Pada awal pembentukan Korem 063/SGJ, materiil yang digunakan masih menggunakan kelengkapan seadanya, namun seiring perkembangan zaman dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk melengkapi setiap satuan-satuan sesuai dengan tugas pokok yang diemban dipenuhi oleh Satuan Atas. Alutsista yang digunakan pada saat perjuangan melawan penjajahan berangsur-angsur diganti dengan Alutsista yang lebih canggih dan modern.

 

Korem 063/SGJ sendiri merupakan satuan kewilayahan yang mempunyai wilayah territorial 7 Kabupaten dan 1 Kota, begitu sangat luas wilayahnya. Kondisi Demografi dan Geografi masing-masing wilayah tentu berbeda sehingga pemenuhan materiil disesuaikan dengan kondisi saat sekarang, sehingga dapat menunjang tugas – tugas para Babinsa dilapangan. Kondisi Geografi yan bervariasi perlu adanya ide – ide kreatif dalam mengajukan kebutuhan materiil ke Satuan Atas.

 

Kondisi Materiil Korem 063/SGJ pada Tahun 2022 yang meliputi komoditi Kendaraan, Komoditi Senjata dan Optik, Komoditi Munisi dan Komoditi Tekmek. Masing-masing komoditi dipergunakan sebagai dukungan untuk Makorem 063/SGJ serta Kodim Jajaran dalam rangka mendukung tugas pokok masing-masing. Berikut ini merupakan kondisi materiil Korem 063/SGJ pada tahun 2022, sebagai berikut :

 

1)         Komoditi Kendaraan.

 

  1. a) Sepeda Motor : 39 unit.
  2. b) Jeep                         :   5 unit.
  3. c) Truk Sedang :   4 unit.
  4. d) Bus                         :   1 unit.
  5. e) Bus Kecil             : 10 unit.

 

2)         Komoditi Senjata dan Optik.

 

  1. a) Pistol                                                                         : 74 Pucuk.

(1)       Pistol Walther TPH Kal 22 MM                    :    2 pucuk.

(2)       Walther P22q Kal 22 LR                              :    3 pucuk.

(3)       Pindad P 1 46 Kal 9 MM                              :   39 pucuk.

(4)       Pistol USM 1911 A 1 45                              :   27 pucuk.

(5)       Pistol Tokarev TT 33 Kal 7,62 MM :    21 pucuk.

(6)       Pistol L Lama Kal 9 MM Short                    :    3 pucuk.

 

  1. b) Senapan                                                             : 132 Pucuk.

 

(1)       FNC                                                                :    72 pucuk.

(2)       M 16 A 1                                                        :    60 pucuk.

(3)       LE CROM                                                     :     7 pucuk.

 

3)         Munisi.

 

  1. a) MU KAL 9 MM ( PISTOL P 1 46 )                         :    170 butir.
  2. b) MU KAL 9 MM CORTO ( L Lama ) :         90 butir.
  3. c) MU KAL 22 / 6,35 MM ( Walter TPH )             :         60 butir.
  4. d) MU KAL 22 MM LR             :         90 butir.
  5. e) MU KAL 7,62 MM TT 33                                     :       630 butir.
  6. f) MU KAL 45 USM 1911 A1                                     :       810 butir.
  7. g) MU KAL 5,56 MM 4 TJ M.16 A1             :  000 butir.
  8. h) MU KAL 5,56 MM 5 TJ M.16 A1                         :  000 butir.
  9. i) MU KAL 5,56 MM HAMPA             :    330 butir.
  10. j) MU KAL 5,56 MM KARET                                     :    240 butir.

 

4)         Tekmek ( Mesin digerakan tenaga bakar).

 

  1. a) SINSTATS ( MBR )                                      :    5 Unit.
  2. b) HAND STAMPER                                         :    5 Unit.
  3. c) MESIN PERAHU TEMPEL                         :    5 Unit.
  4. d) CHAIN SAW (GERGAJI MESIN )             :    5 Unit.

 

  1. Pangkalan.

 

Awal mula pembentukan Markas Korem 063/SGJ bermula di Linggar Jati Kab Kuningan dan kemudian pindah ke Jalan Karang Getas Kelurahan Pekalangan kec Pekalipan Kota Cirebon dengan menggunakan Gedung Karang Anom.(Sekarang Gedung Jogja baru).

 

Dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, serta pembangunan dimasing-masing daerah semakin berkembang khususnya di daerah Cirebon, maka hasil koordinasi antara Divisi VI/Siliwangi dengan Pemda Kodya Bandung, Markas Korem 063/Sunan Gunung Jati melaksanakan penukaran tanah dan tertuang didalam Surat Keputusan Pangdam VI/Siliwangi No 06/04/I/74 tanggal 2 Januari 1974.  Hasil penukaran tersebut, Makorem 063/Sunan Gunung Jati menduduki di Jalan By Pass Brigjend Dharsono Kel Sunyaragi Kec. Kesambi Kota Cirebon seluas 108.125 M². Dilahan tersebut yang masih berupa gelagah dan hutan di bangun menjadi Markas Korem 063/SGJ berupa :

 

1)         Rumah Jaga Kesatrian dan Rumah Piket. Tempat anggota Makorem melaksanakan tugas Dinas Dalam untuk menjaga Kesatriaan Korem 063/SGJ dan keamanan di area Perkantoran dan perumahan.

 

2)         Kantor Makorem 063/SGJ.

 

Kantor kehormatan yang selalu dijadikan untuk menerima tamu-tamu penting selalu transit di ruang Lobby Makorem 063/SGJ. Tempa ini juga digunakan untuk melaksanakan jamuan makan bagi tamu-tamu kehormatan. Di dalam satu gedung tersebut terdiri dari Kantor Danrem 063/SGJ, Kasrem 063/SGJ dan Ruang Puskodal Rem 063/SGJ yang digunakan untuk melaksanakan briefing serta rapat-rapat baik dengan instansi dalam maupun luar.

 

3)         Kantor Staf Makorem 063/SGJ di sayap kanan dan kiri terdiri dari Kantor Staf Intel, Staf Operasi, Staf Personel, Staf Logistik, Staf Teritorial dan Staf Perencanaan serta Kantor Keuangan Korem 063/SGJ.

 

  1. Gedung Tim Intel Rem 063/SGJ.
  2. Aula Korem 063/SGJ.
  3. Masjid Miftahul Jannah.
  4. Kantor Ajenrem 063/SGJ.
  5. Kantor Staf Khusus Korem 063/SGJ.
  6. Kantor Persit dan Staf Denbekang III/3 Cirebon.
  7. Kantor Denbekang III/3 Cirebon.
  8. Kantor Denhub Rem 063/SGJ.
  9. Kantor Kompi Markas Rem 063/SGJ.
  10. Gudang Denpal dan Staf Logistik.
  11. Gudang Denbekang.
  12. Kantor Denpal III/3.
  13. Kantor Persit.
  14. Gudang Denpal.
  15. Garasi tempat kerja Denpal.
  16. Barak Korem 063/SGJ.
  17. Kantor Primkopkar Gunung Jati.
  18. Rumdis.
  19. Kantor Provost.

 

  1. Peranti Lunak.

 

Awal beradanya Korem 063/SGJ masih menggunakan alat tulis kantor seadanya, dengan bekerja dalam mengirimkan berita menggunakan caraka serta alat seadanya. Dengan berkembangnya teknologi yang serba cepat, alat tulis kantor yang semula menggunakan mesin tik dalam menuliskan naskah, pada awal tahun 2000an menggunakan computer. Hal ini juga perlu adanya dukungan Sumber Daya Manusia yang mencukupi untuk mengoperasionalkan alat tersebut.]

 

Dalam membuat suatu kegiatan Administrasi, baik perkantoran maupun yang digunakan dilapangan perlu suatu doktrin ataupun buku-buku petunjuk serta pedoman sehingga dalam penyelenggaraan setiap kegiatan mempunyai ruang lingkup yang jelas. Perlunya buku-buku dan pedoman di dalam penyelenggaraan administrasi, maka TNI AD menyusun, menginvetarisir dan mendistribusikan berbagai buku-buku untuk sebagai pedoman bagi satuan TNI AD di seluruh Indonesia.

 

Buku-buku yang didistribusikan ke Satuan bawah, dijadikan sebagai pedoman dan acuan. Di setiap satuan menginventarisir seluruh buku-buku sebagai tolak ukur satuannya dan di kelompokan menjadi beberapa Buku-buku, diantaranya Buku Petunjuk Administrasi, Buku Petunjuk Lapangan, Buku Petunjuk Pelaksanaan, Buku Petunjuk Operasi, Buku Petunjuk Pembinaan dan Buku Petunjuk Teknik.

 

Kondisi peranti lunak pada tahun 2022 di Korem 063/SGJ, yang terhimpun di Staf Operasi Korem 063/SGJ sebagai Berikut :

 

1)         Bujuk Lapangan                    :  125 buku.

2)         Bujuk Administrasi                :    41 buku.

3)         Bujuk Pembinaan                  :    25 buku.

4)         Bujuk Teknik                          :   532 buku.

5)         Bujuk Operasi                        :     16 buku.

 

  1. Latihan.

 

  1. Latihan Program.             Kegiatan latihan yang dilaksanakan selama adanya Korem 063/SGJ sampai dengan sekarang tetap mengaju PPA TNI AD dan Program Kerja dan Angagran Kodam III/SIliwangi secara bottom up sehingga kegiatan yang dilaksanakan selalu mengacu dengan Komando Atas. Sebagai gamabran bahwa kegiatan yang selama ini dilaksanakan pada kegiatan latihan Program yaitu :

1)        Latihan Perorangan. 

  • Latorsar Umum Dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan perorangan secara umum untuk melaksanakan pembinaan teritorial  serta memelihara teknik dan taktik bertempur oleh  prajurit di satuan Korem 063/SGJ dan 8 Kodim jajaran Korem 063/SGJ sesuai dengan ketentuan PUP 1 s.d. 7 bagi Satkowil.
  • Latorsar Umum I                        Dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan/keterampilan personel satuan Intelijen sehingga mampu menerapkan taktik  dan teknik untuk kegiatan/operasi Intelijen.
  • UTP Umum Teritorial.             Dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji prajurit Korem 063/SGJ dan 8 Kodim jajaran Korem 063/SGJ dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pangkat dan jabatannya dalam rangka mendukung tugas pokok satuan serta diperoleh suatu data yang valid tentang pemahaman dan penguasaan prajurit terhadap pengetahuan dan keterampilan umum dan jabatan sesuai tingkat keterampilannya untuk kepentingan Binpers dan Binlat.
  • UTP Umum Dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji kemampuan /keteram-pilan perorangan personel satuan Intelijen dalam menerapkan teknik dan taktik  untuk kegiatan/operasi Intelijen.
  • Latorjab Teritorial.   Dilaksanakan dengan tujuan untuk mamelihara dan meningkatkan kemampuan bidang keterampilan dan pengetahuan berdasarkan BPKJ 1 s.d. 7  masing-masing kecabangan oleh prajurit sesuai dengan kecakapan, tugas khusus, pengelompokan jabatan dan tanggung jawab sesuai DSPP Organisasi di satuan.
  • Latorjab Intel.                        Dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan bidang keterampilan dan pengetahuan berdasarkan BPKJ 5 s.d. 7  masing-masing kecabangan oleh prajurit sesuai dengan kecakapan, tugas khusus, pengelompokan jabatan dan tanggung jawab sesuai DSPP Organisasi di satuan.
  • UTP Jabatan Teritorial. Dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji  prajurit Korem 063/SGJ dan 8 Kodim jajaran Korem 063/SGJ dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pangkat dan jabatannya dalam rangka mendukung tugas pokok satuan serta diperoleh suatu data yang valid tentang pemahaman dan penguasaan prajurit terhadap pengetahuan dan keterampilan umum dan jabatan sesuai tingkat keterampilannya untuk kepentingan Binpers dan Binlat.
  • UTP Jabatan Intel. Dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji  prajurit Korem 063/SGJ dan 8 Kodim jajaran Korem 063/SGJ dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pangkat dan jabatannya dalam rangka mendukung tugas pokok satuan serta diperoleh suatu data yang valid tentang pemahaman dan penguasaan prajurit terhadap pengetahuan dan keterampilan umum dan jabatan sesuai tingkat keterampilannya untuk kepentingan Binpers dan Binlat. 

 

  • Latihan menembak senjata ringan (Latbakjatri). Dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan menembak senjata senapan dan pistol untuk tingkat perorangan di satuan sesuai TOP/DSPP Organisasi di satuan.

 

2)        Latihan satuan.         

  • Lattis Tingkat Koramil dan Latnister Kodim dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan teknik bagi satuan kewilayahan dalam pelaksanaan tugas-tugas kewilayahan.
  • Latnis dan Lattis Unit Intel Kodim dan Tim Intel Korem dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan satuan intelijen dalam melaksanakan tugas-tugas penyelidikan, pengamanan, penggalangan dan administrasi intelijen.
  • Latihan penanggulangan bencana alam dilaksanakan dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan Satuan Teritorial dalam merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penanggulangan bencana alam.
  • Dalwaslat dilaksanakan dengan tujuan untuk mMendapatkan hasil guna dan daya guna latihan secara maksimal, menjamin relevansi program latihan dengan kebutuhan tugas dan menjamin validitas sistem latihan serta memperoleh realisme latihan.

 

  1. Latihan Non Program. Korem 063/SGJ selalu menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah  maupun instansi swasta dalam rangka merencanakan kegiatan yang bersifat non Program guna meningkatkan kemampuan Aparat kewilayahan.

 

  1. Latihan Dalam Satuan. Pada tahun 2022 Korem 063/SGJ beserta Kodim Jajaran melaksanakan kegaitan Latihan terintegrasi yang melibatkan Satuan Kewilayahan, Satuan Tempur, POLRI, Pemda serta Instansi terkait yang bertujuan untuk melatih kerjasama dan koordinasi mulai dari Pimpinan sampai tingkat pelaksana. Latihan tersebut di bagi menjadi beberapa tahapan mulai darai Latihan terintregasi Intelijen, Latihan terintregasi territorial dan Latihan terintregasi pertempuran.

  

BAB   IV

PENGABDIAN SATUAN

 

  1. Tugas Operasi Militer untuk Perang.

 

  1. Melakukan penumpasan terhadap gerombolan – gerombolan BSA, BR serta DI/TII.
  2. Pengamanan Pemilu tahun 1975.
  3. Akhir 1958 Yonif 309 pada gelombang ke satu ditugaskan ke RTP 01/Siliwangi dalam rangka penumpasan gerombolan PRRI.
  4. Pada tahun 1962 dalam Operasi Bratayudha telah menahan sebanyak 732 orang gerombolan DI/TII.
  5. Pada tanggal 01-08-1963 sebanyak 86 orang anggota ditugaskan ke Irian Barat dalam rangka Operasi Trikora.
  6. Pada tahun 1964 sebanyak 99 orang anggota ditugaskan ke Irian Barat.
  7. Pada tahun 1965 melaksanakan penumpasan/penghancuran G.30 S/PKI.
  8. Pada tahun 1974 melaksanakan Operasi “ KIKIS “ Laksusda Jabar.
  9. Pada tahun  1977  Korem  063/Sgj   melaksanakan  Prinops  Sekargatis  Nomor : 01/II/1977 dalam rangka pengamanan Pemilu.
  10. Pada tahun 1978 Korem 063/Sunan Gunung Jati melaksanakan Ops Panca Sakti Laksus Pangkopkamtip Jabar Nomor : PO.02/KAMDA-JB/IV/1978 tanggal 09-04-1978.
  11. Berdasarkan Surat Perintah Pangdam III/Siliwangi Nomor : B/1089/X/1994 tanggal 24 Oktober 1994 Yonif 312/Kh dialihkan aktivitas dari Korem 063/Sunan Gunung Jati ke Brigif 15/Kujang Kodam III/Slw.
  12. Penugasan personel Apter TIM – TIM.
  • Tahun 1977 berangkat 124 orang
  • Tahun 1979 berangkat 69 orang.
  • Tahun 1982 berangkat 10 orang.
  • Tahun 1983 berangkat 12 orang.
  • Tahun 1984 berangkat 8 orang.
  • Tahun 1986 berangkat 5 orang.
  • Tahun 1987 berangkat 9 orang.
  • Tahun 1988 berangkat 1 orang.

 

  1. Satgas Apter ke Kodam XIX/Tanjungpura, Kodam XVI/Kasuari dan Kodam XVII/Cinderawasih.

 

  • Tahun 2019 berangkat 4 orang
  • Tahun 2020 berangkat 4 orang
  • Tahun 2021 berangkat 4 orang

 

  1. Tugas Operasi Militer Selain Perang.

 

  1. Pada tahun 1958 Ops Bhakti Kebersihan, Cirebon menjadi Juara Kebersihan seluruh Indonesia.
  2. Pada tahun 1969 melaksanakan Field Test Gala Yudha Tahun 1980 melaksanakan ABRI masuk Desa Manunggal ke 1 s.d 2.
  3. Tahun 1981 s.d 1995 melaksanakan ABRI masuk Desa Manunggal (AMD) ke 3 s.d 50.
  4. Tahun 1996 s.d 2022 melaksanakan TNI Manunggal membangun Desa (TMMD) ke 51 s.d 115.

 

  1. Prestasi Satuan.

 

  1. Pada tahun 2019 Korem 063/Sunan Gunung Jati mendapat penghargaan dari KPPN Cirebon sebagai Satker Berkinerja Terbaik Kedua Katagori Satker Besar.

 

  1. Pada tahun 2019 Korem 063/Sunan Gunung Jati mendapat penghargaan dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia Dirjen Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagai Peringkat keempat Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) Satker terbaik Katagori Pagu Besar Lingkup Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat Semester II Tahun 2018.
  2. Pada tahun 2021 Korem 063/Sunan Gunung Jati mendapat penghargaan dari Pangdam III/Siliwangi sebagai Peringkat 1 Akumulasi Nilai Kinerja Anggaran Tingkat Kodam III/Siliwangi dengan nilai 97,57 dan predikat sangat baik.

 

  1. Pada tahun 2021 Korem 063/Sunan Gunung Jati mendapat penghargaan dari Pangdam III/Siliwangi sebagai Peringkat 1 Akumulasi Nilai Kinerja Anggaran Tingkat Kodam III/Siliwangi dengan nilai 97,57 dan predikat sangat baik.

 

  1. Pada tahun 2021 Korem 063/Sunan Gunung Jati mendapat penghargaan dari Dirjen Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Cirebon sebagai Satker Paling Responsif dan Antusias Dalam Bidang Penilaian BMN untuk wilayah KPKNL Cirebon.

 

  1. Peringkat keempat terbaik Kinerja Pelaksanaan Anggaran Satker Lingkup Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat Katagori Pengelolaan Pagu diatas Rp 200 Miliar Periode Semester II Tahun 2021.

 

  1. Pada tahun 2022 Korem 063/Sunan Gunung Jati mendapat penghargaan dari Kanwil DJPb Provinsi Jawa Barat sebagai Peringkat keempat terbaik Kinerja Pelaksanaan Anggaran Satker Lingkup Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat Katagori Pengelolaan Pagu diatas Rp 200 Miliar Periode Semester II Tahun 2021.

 

 

BAB   V

PENUTUP

 

Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang menjadi memori bagi setiap anggota yang menjadi bagian peristiwa tersebut, baik pelaku sejarah, anggota keluarga maupun para ahli waris dari pelaku sejarah tersebut. Ringkasan Sejarah Satuan Korem 063/SGJ “ Pelindung rakyat dari tanah wali” merupakan perjalanan panjang Satuan yang bermarkas di Kota Cirebon. Hal tersebut menjadikan Korem 063/SGJ yang begitu kental dengan syiar agama Islam sehingga membentuk pribadi dan watak yang religi, karena Satuan yang menggunakan nama dari salah satu wali ditanah Jawa. Berawal dari Cirebonlah sosok “ Sunan Gunung Jati “ wafat dan dikebumikan.

 

            Dengan berbagai macam penugasaan, baik kegiatan Operasi Tempur, Operasi Non Tempur menjadikan nama besar Korem 063/SGJ semakin mantap dan menoreh prestasi, selalu dicintai rakyat dan sebagai pelindung rakyat dalam rangka membantu mewujudkan TNI AD yang professional dan di cintai rakyat. Ini merupakan suatu implementasi dari wasiat dari “ Syech Syarif Hidayatullah” atau “ Sunan Gunung Jati”

 

“ Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin”

 

Wasiat inilah yang menjadi nadi bagi Prajurit Korem 063/SGJ dalam menjalankan tugas dan pengabdiannya. Apabila diartikan, Saya titip Masjid dan Fakir Miskin mempunyai arti yang sangat dalam dimana Korem 063/SGJ sebagai satuan kewilayahan harus merawat keberagaman, bukan hanya Masjid namun seluruh umat beragama sehingga menciptakan masyarakat yang cinta damai. Kemudian arti dari titip Fakir miskin itu sendiri yaitu kita sebagai insan Prajurit Siliwangi yang mengenal “Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh”  sangat relevan dengan arti titip fakir misikn tersebut. Dengan menjadi solusi bagi kesulitan Rakyat merupakan implementasi penjabaran dari Perintah Kepala Staf Angkatan Darat.

 

– Sekian –